Rabu, 20 Juni 2012

resensi novel

Judul : 9 matahari Pengarang : Adenita Penerbit : PT Grasindo Anggota Ikapi Tahun : 2008, cetakan pertama Ukuran Buku : 20cm x 14 cm Tebal Buku : 359 halaman Novel yang berjudul 9 matahari merupakan novel pertama yang ditulis oleh pengarang Yuli Anita atau yang biasa dikenal dengan Adenita. Novel ini banyak mendapat pujian dari semua kalangan yang membacanya. Khususnya bagi kalangan remaja. Karena novel ini syarat akan sebuah kegigihan dalam menggapai impian, menjadikan novel ini layak dan patut untuk dibaca. Adenita adalah seorang gadis yang memang memiliki bakat menulis sejak kecil. Bakatnya telihat ketika Ia suka menulis surat kepada orang-orang yang dekat dengannya hingga berlembar-lembar. Namun, Ia mengaku menulis hanyalah untuk konsumsi pribadi belaka sampai akhirnya terbitlah 9 matahari ini yang menjadi buku pertamanya. 9 matahari memberikan warna tersendiri bagi kesusastraan Indonesia. Alur yang digunakan penulis dalam novel ini merupakan alur campuran. Penulis sengaja membiarkan pembacanya menyelami satu demi satu kenangan-kenangan yang tersaji dalam alur mundur dan juga seketika kembali ke masa kini yang tersurat dalam alur maju. Meskipun begitu, pembaca tidak merasa kebingungan dengan alur yang digunakan penulis. Karena penulis dapat membawa pembaca menelusuri cerita demi cerita. Penulis sangat detail sekali dalam menggambarkan tokoh-tokoh yang tersaji dalam cerita. Penulis menggunakan sudut pandang Akuan dalam ceritanya. Tokoh utama Aku yang diperankan oleh Matari Anas adalah sosok gadis yang memiliki ambisi dan semangat yang luar biasa dalam menggapai impiannya menjadi sarjana. Tokoh Bapak yaitu merupakan Ayah dari Matari memiliki watak yang keras dan sangat menentang impian Matari untuk melanjutkan sekolahnya. Sedangkan tokoh Ibu memiliki watak yang penyayang dan sangat sabar. Sementara Kak Hera merupakan sosok yang selalu mendukung tokoh utama untuk meraih impiannya. Dan terakhir ada Arga, Mas Medi yang sangat sabar dan selalu memberikan kata-kata motivasi untuk Matari dalam menggapai impiannya. Gaya bahasa yang digunakan penulis tergolong menggunakan gaya bahasa yang mudah dipahami. Kata-kata kiasan pun tak nampak di sini. Penulis menggunakan gaya bahasa yang lugas sehingga mudah dicerna dengan baik oleh pembacanya. Kisah 9 matahari ini bermula dari ambisi seorang gadis yang bernama Matari Anas actual Tari. Ia berambisi besar dalam menggapai impiannya dalam melanjutkan kuliahnya dan bisa menjadi sarjana. Namun, keinginannya itu tidak mendapat dukungan dari keluarganya terutama Ayahnya. Bukan karena tidak mau anaknya sukses melainkan karena kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan untuk melanjutkan kuliahnya. Orang tuanya sudah mengibarkan bendera putih tanda menyerah dalam membiayai kuliah matari. Namun, keinginan Tari begitu besar. Dengan uang pas-pasan Ia nekat kuliah meskipun tanpa persetujuan Ayahnya. Selama kuliah benar saja Ia mengalami masalah besar yang berkaitan dengan urusan financial. Untuk memenuhi kebutuhan kuliah dan hidupnya di sana, akhirnya Ia memberanikan diri untuk berhutang. Tari benar-benar berjuang sendiri dalam membiayai kuliahnya. Hutang yang mencapai puluhan juta rupiah membuat Ia stress dan akhirnya Ia terpaksa cuti dari kuliahnya karena menderita sakit berbulan-bulan. Sampai pada akhirnya Ia bertemu dengan Tante Erna yang tidak lain adalah Ibu dari Pandu. Pandu adalah salah seorang teman Tari yang diam-diam menyimpan perasaan kepada Tari. Bantuan itu tentunya tetap dianggap hutang oleh Tari. Meskipun Tante Erna ikhlas membantu Tari. Dengan perjuangan Tari yang begitu besar akhirnya kuliahnya pun selesai. Ia berhasil lulus sebagai sarjana sesuai impiannya sejak dulu. Meskipun sampai pada kelulusannya Ia tetap berhutang pada orang-orang yang telah membantu meminjamkan uang untuknya. Novel ini banyak mengandung manfaat bagi setiap pembacanya. Bagaimana tidak, novel ini berisi amanat untuk tetap memperjuangkan impian kita apapun yang terjadi. Penulis juga dengan apik berhasil membawa pembaca hanyut dalam setiap perjuangan si tokoh utama. Kesuksesan memang tidak didapat dengan cara yang instan. Terselip sebuah perjuangan yang luar biasa dalam mencapai kesuksesan itu. Pembaca juga dapat merasakan aura energy positif serta semangat hidup yang luar biasa ketika membacanya. Hal yang paling menarik dari novel ini adalah banyak tersaji kata-kata motivasi yang begitu kental dirasa oleh pembaca. Sehingga secara tidak langsung pembaca dapat terbakar semangatnya dalam memperjuangkan apa yang dicita-citakan. Namun, dengan segala kelebihan dan keindahan novel ini tentunya juga memiliki kekurangan. Novel ini kurang membuat pembaca terbuai oleh bahasa yang digunakan penulis karena bahasa yang penulis gunakan cenderung menggunakan bahasa lugas yang dengan mudah dapat dipahami oleh setiap pembacanya. Dengan bahasa yang luga itu membuat unsure keindahan bahasa tidak begitu namapak. Namun, cerita dalam novel ini tetap membuat para pembacanya terpikat dengan pesan-pesan moral yang terkandung di dalamya. MEMBUAT RESENSI DRI SEBUAH BUKU FIKSI (Tugas Menulis II) Oleh : Siti Sumarlin 1013041062 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2012

Rabu, 06 Juni 2012

kalimat aktif transitif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sintaksis merupakan salah satu unsur kajian bidang bahasa. Dalam sintaksis dibahas mengenai hubungan antarkata yang satu dengan yang lain dalam tuturan. Hubungan antar kata tersebut akan membentuk frase, klausa, dan kalimat. Kalimat merupakan onstruksi gramatikal yang terdiri atas satu atau lebih klausa yang ditata menurut pola tertentu dan dapat berdiri sendiri sebagai satu kesatuan. Unsur kalimat juga bisa terdiri atas subjek dan predikat. Dalam kalimat tunggal terdapat kalimat yang berpredikat verbal. Ada bermacam-macam verbal yang memengaruhi macam kalimat yang menggunakannya, diantaranya adalah verba taktransitif, verba semitransitif, dan verba transitif. Verba transitif dibagi lagi menjadi ekatransitif dan dwitransitif. Akan tetapi kalimat yang berpredikat verbal hanya dibagi menjadi tiga yaitu kalimat taktransitif, kalimat ekatransitif dan kalimat dwitransitif. 1.2 TUJUAN 1. Mengetahui pengertian dari kalimat aktif transitif 2. Mengetahui macam-macam kalimat aktif transitif 3. Mengetahui makna unsur pengisi objek BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Kalimat Aktif Transitif Kalimat aktif adalah kalimat yang predikatnya melakukan suatu pekerjaan. Ciri penting yang menandai kalimat aktif, predikat kalimat itu berupa kata kerja yang berawalan me(N)- dan ber-. Namun demikian, tidak sedikit kalimat aktif yang predikatnya tidak disertai kedua imbuhan tersebut, misalnya yang terjadi pada kata makan dan minum. Kalimat aktif transitif adalah kalimat yang verbanya memerlukan nomina sebagai objek dalam kalimat aktif, dan objek tersebut dapat berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif. Contohnya sebagai berikut. 1. Ibu sedang membersihkan dapur. 2. Ayah menanam padi. 3. Kakak mencuci piring. 4. Saya mengirimkan lamaran ke kantor. Verba yang dicetak miring dalam contoh di atas adalah verba transitif. Masing-masing diikuti oleh nomina atau frasa nominal dan nomina atau frasa nominal itu dapat dijadikan subjek dalam kalimat pasif, seperti 1a. Dapur sedang dibersihkan oleh Ibu. 2a. Padi ditanam oleh Ayah. 2.2 Macam-macam Kalimat Aktif Transitif 1. Kalimat Aktif Ekatransitif Kalimat aktif ekatransitif adalah kalimat yang verba transitifnya diikuti oleh satu objek. Perhatikan contoh berikut. 1. Saya membeli baju. S P O 2. Ibu memasak nasi. S P O 3. Ayah menanam jagung. S P O Kata yang bercetak miring adalah verba ekatransitif karena ketiga verba tersebut hanya memerlukan sebuah objek (membeli, memasak, dan menanam). Objek dalam kalimat yang mengandung verba ekatransitif dapat diubah fungsinya sebagai dalam kalimat pasif. 2. Kalimat Aktif Dwitransitif Kalimat aktif dwitransitif adalah kalimat yang verba transitifnya diikuti oleh dua nomina, satu sebagai objek dan satunya lagi sebagai pelengkap. Perhtikan contoh berikut. 1. Kakak membuatkan adik layang-layang. S P O Pel 2. Ibu membelikan kakak baju baru. S P O Pel 3. Saya sedang mencarikan keponakan saya pekerjaan. S P O Pel Verba yang dicetak miring di atas adalah verba dwitransitif karena masing-masing memiliki objek (adik, kakak, dan keponakan saya) dan pelengkap (layang-layang, baju baru dan pekerjaan). Objek dapat saja tidak dinyatakan secara eksplisit, tetapi yang tersirat di dalam ketiga kalimat itu tetap menunjukkan adanya objek tadi. Jadi, kalimat Kakak membuatkan layang-layang mengandung arti bahwa layang-layang itu bukan untuk kakak, tetapi untuk orang lain. Demikian pula dalam kalimat kedua dan ketiga. Sejumlah verba dwitransitif memiliki ciri semantis yang ‘membedakan fungsi objek dari pelengkap yang berupa nama, julukan, gelar, atau kedudukan.’ Perhatikan contoh berikut. 1. Ayah memanggil orang itu Bejo. a. Orang itu dipanggil ayah Bejo. b. Orang itu Bejo oleh ayah. c. Orang itu ayah panggil Bejo. d. Orang itu dipanggil oleh ayah Bejo. e. Leh ayah orang itu dipanggil Bejo. 2. Masyarakat menuduh dia pencuri. Orang itu dan Bejo pada (1), dia dan pencuri pada (2) merujuk pada orang atau referen yang sama. Bila kalimat seperti itu dijadikan kalimat pasif, maka pelengkapnya berada dibelakang verba (seperti pada 1a-b) atau di uka verba bila bentuk pasifnya seperti (1c). Kata tugas oleh seperti pada (1d) umumnya tidak dipakai, kecuali bila ditempatkan di muka seperti pada (1e). Sementara itu ada pula verba yang dapat berstatus dwitransitif, tetapi dapat juga ekatransitif. Verba seperti memanggil dan menyebut, misalnya, dapat mempunyai satu atau dua nomina di belakangnya. Misalnya, Ibu memanggil kamu si Kecil dan Ibu memanggil kamu (bukan saya). 3. Kalimat Aktif Semitransitif Kalimat aktif semitransitif adalah kalimat aktif yang verbanya boleh ada objek boleh tidak. Namun, perlu dicatat bahwa kalimat yang predikatnya tergolong verba semitransitif tidak disebut kalimat semitransitif. Apabila verba semitransitif itu diikuti nomina atau frasa nominal sebagai objeknya kalimat tersebut disebut kalimat ekatransitif dan kalau nomina atau frasa nominal objek tidak hadir, kalimat itu disebut kalimat taktransitif. Perhatikan contoh berikut. 1. a. Ibu sedang memasak b. Ibu sedang memasak nasi 2. a. Ayah sedang membaca b. Ayah sedang membaca koran Verba memasak dan membaca termasuk verba semitransitif. Kalimat (a) pada contoh (1-2) di atas tergolong kalimat taktransitif, sedangkan kalimat (b) tergolong kalimat ekatransitif karena bentuk nasi dan koran. 2.3 Analisis Kalimat Berdasarkan Fungsi, Kategori dan Peran dalam Teks Wacana 1.Ekatransitif Maria akan mengunjungi kakaknya yang bekerja di Jakarta. S P O = fungsi N FV FV = kategori Pelaku perbuatan penerima = peran 2. Dwitransitif Setiba di istana, Raja Muda memerintahkan Amat Mude pergi ke tengah K S P O Fprep N V N Tempat pelaku perbuatan penerima laut untuk memetik sebuah kelapa gading untuk obat istrinya Pel FV Tempat 3. Semitransitif Ayah sedang membaca S P =fungsi N FV =kategori Pelaku perbuatan = peran 2.4 Peran Unsur Pengisi Objek dalam Kalimat Transitif 1. Penderita Peran objek yang berhubungan dengan benda bernyawa yang berada dalam keadaan menderita atau menyedihkan. Contoh: Budi memukul Andi S P O Objek dalam kalimat tersebut berperan sebagai penderita karena mengalami penderitaan akibat ulah subjek yaitu Budi. 2. Pengalam Peran objek yang berhubungan dengan benda bernyawa atau tidak yang mengalami suatu kejadian tertentu. Contoh: Kecelakaan itu menimpa Doni. S P O Objek dalam kalimat tersebut ( Doni) jelas mengalami suatu kejadian tertentu, yaitu kecelkaan. 3. Penerima Peran objek yang berhubungan dengan benda yang mengalami perubahan kondisi. Contoh: Ayah membelikan Adik mainan. S P O Pel Objek dalam kalimat di atas yaitu Andi berperan sebagai penerima pemberian dari Ayah. 4. Tempat Peran objek yang menunjuk kepada suatu tempat tertentu. Contoh: Para wisatawan mengunjungi Pura Besakih S P O 5. Alat Peran objek yang berkaitan dengan benda tak bernyawa yang dipakai oleh pelaku. Contoh: Polisi menembakkan pistolnya S P O 6. Hasil Peran objek yang bersangkutan dengan benda yang menjadi hasil tindakan predikator. Contoh: Ibu membuat kue. S P O KESIMPULAN Kalimat aktif transitif adalah kalimat yang verbanya memerlukan nomina sebagai objek dalam kalimat aktif, dan objek tersebut dapat berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif. Macam-macam kalimat aktif transitif 1. Kalimat aktif ekatransitif adalah kalimat yang verba transitifnya diikuti oleh satu objek. 2. Kalimat aktif dwitransitif adalah kalimat yang verba transitifnya diikuti oleh dua nomina, satu sebagai objek dan satunya lagi sebagai pelengkap. 3. Kalimat aktif semitransitif adalah kalimat aktif yang verbanya boleh ada objek boleh tidak Makna unsur pengisi objek 1. Penderita 2. Pengalam 3. Penerima 4. Tempat 5. Alat 6. Hasil DAFTAR PUSTAKA Putrayasa, Ida Bagus. 2008. Analisis Kalimat. Bandung. Refika Aditama. Alwi, Hasan,dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka. Tarmini, Mini. 2012. Sintaksis Bahasa Indonesia.